Hallo readers balik lagi nih sama gue,methyst. Anak paling ganteng di gunadarma hiiii
Kali ini gue balik mau ngeblog lagi nih. Ternyata gue mendapat tugas diblog lagii,dan tugasnya harus ditulis diblog juga nih cyiin wkwk.
Kali ini tugasnya tuh kelompok gitu deeh. 1 kelompok isinya ada 6 orang. Dan dipilihin gitu deh member kelompoknya sama dosennya gitu. Ya gajauh beda sama kalo pembuatan kelompok pas SMA lah. Buat tugas kali ini gue dapet kelompok 1(Kalo gasalah ya) Anggota-anggotanya itu isinya :
1. Adam Maulana
2. Hisyam Muhammad Azmi
3. Fathur Rhavy
4. Faisal Ramadhan
5. Fuad Al-Mubaraq
6. Rediamethyst Putra
Jadi tuh kita dapet banyak banget tugasnya. Dan akhirnya dibagi-bagi deh tuh buat bagian per orangnya. Tapi dikerjainnya tetep buat atas nama kelompok gituuu.
Udah ah kebanyakan curhat,langsyung aja kita ke TKP cyin.
·
NAMA : REDIAMETHYST PUTRA
·
KELAS : 1IB04
·
NPM : 18414982
PENDIDIKAN DAN SOSIALISASI
INTERNALISASI
BELAJAR DAN SPESIALISASI
PENGERTIAN PEMUDA
Pemuda adalah
semangat untuk berkarya. Seratus tahun yang lalu, kita mengenal Budi Oetomo
sebagai organisasi intelektual bangsa yang mengubah cara Indonesia untuk
merebut hakekat kemerdekaannya. Enam puluh tiga tahun yang lalu, pemuda dengan
keberaniannya mendesak Soekarno dan Moch. Hatta untuk memproklamasikan
kemerdekaan negeri kita tercinta ini. Dan Enam puluh tiga tahun satu bulan yang
lalu, Bung Tomo dengan semangat kepemudaannya berkoar di kota Surabaya dan
meneriakkan kalimat, “Merdeka atau Mati”. Namun, tiga minggu yang lalu, di
koran kompas disebutkan, lebih dari 83,2 persen koresponden Indonesia
menyatakan, kini jiwa kepahlawanan dan semangat kepemudaan telah luntur dan
disalahartikan. Betapa ironi sekali negara ini. Kemana Indonesia akan bisa
melangkah ? Krisis kepemudaan telah melanda negeri ini. Indonesia kini sangat
susah untuk melahirkan Soekarno-soekarno baru. Bintang sinetron pun tanpa
disadari menjadi pahlawan dan panutan baru yang semu dalam setiap aktivitas.
Krisis kepemudaan ini harus segera ditindak lanjuti, kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan di kampus harus mampu menimbulkan percikan-percikan semangat
baru, semangat kepahlawanan pemuda, yang dapat diwujudkan dengan semangat
berkarya untuk bangsa. Sumpah Pemuda adalah contoh karya nyata yang dibuat oleh
pemuda dan pemudi dari seluruh Indonesia pada tahun 1928 yang lalu. Bisakah
kita sebagai generasi penerus berkarya untuk bangsa seperti mereka ? Dan apakah
moment hari pahlawan dan satu abad kebangkitan bangsa telah mampu menjadi bahan
evaluasi diri sampai sejauh mana kita telah berkarya ? Jawabannya harus
ditanyakan kepada diri kita masing-masing.
Setiap tahun, satu juta anak negeri Indonesia yang tidak menemukan sumber
nafkah di negerinya sendiri mengais rezeki di negeri orang. Pendudukan miskin
menjadi 35 juta jiwa. Ada sekitar 13 juta jiwa yang masih belum bisa membaca
dan menulis. Pengangguran terus meningkat menjadi 9 juta jiwa. Kemiskinan,
pengangguran, serta korupsi yang meluas dan melanda negeri ini memerlukan
pahlawan-pahlawan baru yang dapat diwujudkan oleh pemuda dengan segenap
karya-karyanya.
Pemuda juga
dapat diartikan sebagai suatu generasi yang dipundaknya terbebani
bermacam-macam harapan , terutama dari generasi lainya.hal ini dapt dimengerti
karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus , generasi yang harus mengisi
dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
Pengertian
Sosialisasi
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian
diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Selain itu
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu
mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan
norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh
masyarakatnya. Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli
1. Charlotte
Buhler
Sosialisasi
adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri,
bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan
berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi
adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma
dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3. Paul B.
Horton
Sosialisasi
adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma
dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
4. Soerjono
Soekanto
Sosialisasi
adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.
Internalisasi
belajar dan Sosialisasi
Internalisasi
adalah proses norma-norma yang mencakup norma-norma kemasyarakatan yang tidak
berhenti sampai institusional saja, akan tetapi mungkin norma-norma tersebut
sudah mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota masyarakat.
Ketiga kata
atau istilah internalisasi, belajar, dan spesialisasi pada dasarnya memiliki
pengertian yang hampir sama. Proses berlangsungnya sama yaitu melalui interaksi
sosial. Istilah internalisasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang
menginternalisasikan norma-norma tersebut, atau proses norma-norma
kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusional saja, akan tetapi norma
tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat. Norma tersebut dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu norma yang mengatur pribadi (mencakup norma
kepercayaan dan kesusilaan) dan norma yang mengatur hubungan pribadi (mencakup
kaidah kesopanan dan kaidah hukum).
Istilah belajar
ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang
telah dimiliki oleh seorang individu, atau perubahan sikap dari tidak tahu
menjadi tahu, dimana belajar dapat berlangsung di lingkungan maupun di lembaga
pendidikan.
Istilah
spesialisasi ditekankan pada kekhususan yang telah dimiliki atau diukur oleh
seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama.
Proses
Sosialisasi
Ada 2 teori proses
sosialisasi yang paling umum digunakan, yaitu teori Charles H. Cooley dan teori
George Herbert Mead.
Teori Charles
H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi antar manusia yang akan
menghasilkan konsep diri (self concept). Proses pembentukan konsep diri ini
yang kemudian disebut Cooley sebagai looking-glass self terbagi menjadi tiga
tahapan sebagai berikut.
” Seorang anak
membayangkan bagaimana dia di mata orang lain.”
Seorang anak
merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena
sang anak memiliki prestasi dan sering menang di berbagai lomba.
“Seorang anak
membayangkan bagaimana orang lain menilainya.”
Dengan perasaan
bahwa dirinya hebat, anak membayangkan pandangan orang lain terhadap dirinya.
Ia merasa orang lain selalu memujinya, selalu percaya pada tindakannya.
Perasaan ini muncul akibat perlakuan orang lain terhadap dirinya. Misalnya,
orang tua selalu memamerkan kepandaiannya.
“Apa yang
dirasakan anak akibat penilaian tersebut”
Penilaian yang
positif pada diri seorang anak akan menimbulkan konsep diri yang positif pula.
Semua tahap di
atas berkaitan dengan teori labeling, yaitu bahwa seseorang akan berusaha
memainkan peran sosial sesuai dengan penilaian orang terhadapnya. Jika seorang
anak di beri label “nakal”, maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran
sebagai “anak nakal” sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, meskipun
penilaian itu belum tentu benar.
Menurut George
Herbert Mead, sosialisasi yang dialami seseorang dapat dibedakan dalam
tahap-tahap sebagai berikut.
• Tahap
persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini
dialami manusia sejak dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.
Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih
balita. Makna kata tersebut juga belum dipahami dengan tepat oleh anak.
Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata “makan” tersebut dengan
cara menghubungkannya dengan kenyataan yang dialaminya.
• Tahap meniru
(Play Stage)
Tahap ini
ditandai dengan:
Semakin
sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang
dewasa.
Mulai terbentuk
kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tua, kakak, dan sebagainya.
Anak mulai
menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada
posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.
Kesadaran bahwa
dunia sosial manusia berisikan banyak orang. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan pertahanan
diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai (Significant other).
• Tahap siap
bertindak (Game Stage)
Peniruan yang
dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung
dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada
posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain
secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk bekerja sama
dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan
hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman
sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya
secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari
bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
• Tahap
penerimaan norma kolektif (Generalized Stage)
Pada tahap ini
seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada
posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa
tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya.
Peranan Sosial Mahasiswa
dan Pemuda di Masayrakat
Pada masa 1990
sampai 2000 an demonstrasi masih marak di berbagai tempat. Pada masa itu
mahasiswa dan pemuda menyebutkan dirinya sebagai Gerakan Moral. Sedangkan pada
mahasiswa yang lain gerakan mahasiswa menyebutkan dirinya sebagai gerakan
Politik.
Mahasiswa
menjadi pecah dan terkadang pragmatis. Tidak menjadi rahasia umum lagi
mahasiswa dibayar untuk berdemonstrasi.
Sebelum terlalu
jauh meneropong peranan mahasiswa di luar kampus– walaupun klise– sebaiknya
kita mesti ingat bahwa tugas utama mahasiswa dan pemuda adalah belajar di
sekolah/kampus.
Peranan sosial
mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang
lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka
dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti
sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan
yang relatif sama dengan warga yang lain.
Bisakah
mahasiswa beranjak menuju gerakan pemikiran dan gerakan transformasi?
Mari kita coba
dan berjuang!!
Dasar Pemikiran
neoliberalisme “pasar adalah tuan dan negara adalah pelayan” salah satu contoh
yang paling baru mengenai kekalahan negara/pemerintah terhadap pasar adalah
harga minyak yang naik.
Paradigma pasar
menguhah cara berpikir dan persepsi masyarakat. Dominasi kapitalisme
memutarbalikkan hubungan antara masyarakat (sosial) dan Pasar (ekonomi)
(Polanyi, 1957).
Pada awal
beroperasinya kapitalisme, pasar merupakan bagian dari masy
ultural, dan
politik. Masyarakat merupakan pemegang kunci dalam hubungan sosial dan
ekconomi. Tapi ketika kapitalisme mendominasi, keberadaan pasar telah berbalik
180 derajat, masyarakatlah yang menjadi bagian dari pasar. kehidupan
sehari-hari pun direduksi menjadi bisnis dan pasar.
Dampak langsung
yang bisa dirasakan semenjak kenaikan BBM tahun 2005 antara lain terjadi
inflasi, daya beli masyarakat menurun, kesehatan masyarakat menurun (kekurangan
gizi), angka anak putus sekolah (drop out), angka kematian anak, pengangguran
dan kemiskinan meningkat, sehingga munculnya kerentanan sosial.
Keadaan di atas
dapat mengakibatkan kemungkinan terjadinya generasi yang hilang (the lost
generation) ungkapan yang telah nyaris menjadi klise, jika persoalan anak dan
orang muda tidak dapat diatasi dengan baik khususnya di sektor Gizi dan
kesehatan serta pendidikan, maka kita akan kehilangan sebuah generasi, yang
menjadi pertanyaan apakah benar bahwasanya satu generasi yang akan hilang ?
kehilangan generasi mempunyai implikasi yang luas mereka mungkin tidak akan
mampu menyisakan pendapatannya untuk memperbaiki kesejahteraanya sendiri hingga
lingkaran setan pun terjadi karena Gizi yang rendah, prestasi sekolah yang
pas-pasan, kemungkinan anak akan drop- out dan harus mempertahan kan hidup dan
pengangguran.
Secara tak
sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi dengan idiologi
baru dan perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental instan dan
bermental bos. Pemuda menjadi malas bekerja dan malas mengatasi kesulitan,
hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos kerja jadi
lemah.
Sarana tempat
hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard, playstation,
atau arena hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi anak-anak dan
generasi muda membuang waktu secara percuma karena menarik perhatian dan waktu
mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk belajar, membaca buku di
perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih
positif.
Peran pemuda
yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan mahasiswa
berperan sebagai “penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta karya). Dapat
ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di kalangan generasi
muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.
Sudah 60 tahun
lebih bangsa Indonesia merdeka, sistem pendidikan telah dibaharui agar mampu
menjawab berbagai perubahan diseputaran kehidupan umat manusia. Tetapi selesai
kuliah barisan penganggur berderet-deret. Para penganggur dan setengah penganggur
yang tinggi merupakan pemborosan-pemborosan sumber daya, mereka menjadi beban
keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan yang dapat mendorong
peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan penghambat pembangunan dalam
jangka panjang.
Pola dasar pembinaan
dan pengembangan generasi muda
POLA DASAR
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
Pola Dasar
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0323/U/1978
tanggal 28 Oktober 1978. Maksud dari Pola Pembinaan dan Pengembangan Generasi
Muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam
penanganannya benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya
dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan
yang dimaksud.
Pola Dasar
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda disusun berlandaskan :
1. Landasan
idiil : Pancasila
2. Landasan
konstitusional : Undang-Undang Dasar 1945
3. Landasan
strategis : Garis-Garis Besar Haluan Negara
4. Landasan
historis : Sumpah Pemuda Tahun 1928 dan
Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945
5. Landasan
normatif : Etika, tata nilai, dan tradisi luhur
yang hidup
dalam masyarakat
Motivasi dasar
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda bertumpu pada strategi pencapaian
tujuan nasional, seperti telah terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
IV.
Atas dasar
kenyataan di atas diperlukan penataan kehidupan pemuda karena pemuda perlu
memainkan peranan yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Hal tersebut
mengingat masa depan adalah kepunyaan generasi muda, namun disadari pula bahwa
masa depan tidak berdiri sendiri. Ia adalah lanjutan masa sekarang dan masa
sekarang adalah hasil masa lampau. Dalam hal ini, maka Pembinaan dan Pengembangan
Generasi Muda haruslah menanamkan motivasi kepekaan terhadap masa datang
sebagai bagian mutlak masa kini. Kepekaan terhadap masa datang membutuhkan pula
kepekaan terhadap situasi-situasi lingkungan, untuk dapat merelevansikan
partisipasinya dalam setiap kegiatan bangsa dan negara. Untuk itu pula kualitas
kesejahteraan yang membawa nilai-nilai dasar bangsa merupakan faktor penentu
yang mewarnai pembinaan generasi muda dan bangsa dalam memasuki masa datang.
Pengertian
pokok pembinaan dan pengembngan generasi muda
1.Generasi muda
merupakan generasi penerus perjuangan bangsa dan sumber daya insani bagi
pembangunan nasional, diharapkan mampu memikul tugas dan tanggung jawab untuk
kelestarian kahidupan bangsa dan negara. Untuk itu generasi muda perlu
mendapatkan perhatian khusus dan kesempatan yang seluas?luasnya untuk dapat
tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya, terdapat generasi muda yang menyandang
permasalahan sosial seperti kenakalan remaja, penyalahgunaan obat dan narkota,
anak jalanan dan sebagainya baik yang disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya
(internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Oleh karena itu perlu adanya
upaya, program dan kegiatan yang secara terus menerus melibatkan peran serta
semua pihak baik keluarga, lembaga pendidikan, organisasi pemuda, masyarakat
dan terutama generasi muda itu sendiri. Arah kebijakan pembinaan generasi muda
dalam pembangunan nasional menggariskan bahwa pembinaan perlu dilakukan dengan
mengembangkan suasana kepemudaan yang sehat dan tanggap terhadap pembangunan
masa depan, sehingga akan meningkatkan pemuda yang berdaya guna dan berhasil
guna. Dalam hubungan itu perlu dimantapkan fungsi dan peranan wadah?wadah
kepemudaan seperti KNPI, Pramuka, Karang Taruna, Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS), Organisasi Mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi dan organisasi
fungsional pemuda lainnya. Dalam kebijakan tersebut terlihat bahwa KARANG
TARUNA secara ekslpisit merupakan wadah pembinaan dan pengembangan generasi
muda yang bertujuan untuk mewujudkan generasi muda aktif dalam pembangunan
nasional pada umumnya dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial pada
khususnya. Salah satu kegiatan Karang Taruna Kelurahan Purwaharja Kecamatan
Purwaharja sedang membuat kerajinan bambu yang diolah menjadi aneka macam alat
musik seperti suling, angklung dan sebagainya.generasi muda sebagai subyek
pengembangan dan pembinaan adalah mereka yang memiliki bekal-bekal dan landasan
untuk mandiri dalam keterlibatannya.
2.Generasi muda
sebagai obyek pembinaan dan pengembangan ialah mereka yang masih memerlukan
pengembangan dan pengembangan pendidikan ke arah pertumbuhan potensi dan
kemampuan ke tingkat yang optimal.
masalah-masalah
generasi muda
Sebagaimana
dikemukakan di atas, generasi muda dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya
menghadapi berbagai permasalahan yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan
melibatkan semua pihak. Permasalahan umum yang dihadapi oleh generasi muda di
Indonesia dewasa ini antara lain sebagai berikut :
1. Terbatasnya
lapangan kerja yang tersedia. Dengan adanya pengangguran dapat merupakan beban
bagi keluarga maupun negara sehingga dapat menimbulkan permasalahan lainnya.
2.
Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan
mental bangsa.
3. Masih adanya
anak-anak yang hidup menggelandang
4. Pergaulan
bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant
behavior).
5. Masuknya
budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
kita yang dapat merusak mental generasi muda.
6. Perkimpoian
dibawah umur yang masih banyak dilakukan oleh golongan masyarakat, terutama di
pedesaan.
7. Masih
merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya. Permasalahan tersebut
akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman apabila tidak diupayakan
pemecahannya oleh semua pihak termasuk organisasi masyarakat, diantaranya
KARANG TARUNA.
8. Menurunnya
jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk
generasi muda.
9.
Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
10. Belum
seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang
tersedia, baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah
yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda
sendiri, tetapi juga merugikan seluruh bangsa.
11. Kurangnya
lapangan kerja/kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran/setengah
pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya
produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan
nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya.
12. Kurangnya
gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan
pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh
rendahnya daya beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan
seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
13. Masih
banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah
pedesaan.
14. Pergaulan
bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
15.
Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkoba.
16. Belum
adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
Dalam rangka
untuk memecahkann permasalahan generasi muda tersebut di atas memerlukan
usaha-usaha terpadu, terarah, dan berencana dari seluruh potensi nasional
dengan melibatkan generasi muda sebagai subjek pembangunan.
Organisasi-organisasi pemuda yang telah berjalan baik adalah merupakan potensi
yang siap untuk dilibatkan dalam kegiatan pembangunan nasional.
potensi-potensi
generasi muda
Potensi-potensi
yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah :
a. Idealisme
dan Daya Kritis
Secara
sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, maka ia dapat
melihat kekurangan-kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari
gagasan baru.
b. Dinamika dan
Kreatifitas
Adanya
idealisme pada generasi muda, maka generasi muda memiliki potensi kedinamisan
dan kreatifitas yakni kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan perubahan,
pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan-kekurangan yang ada atau pun
mengemukakan gagasan-gagasan/alternatif yang baru sama sekali.
c. Keberanian
Mengambil Risiko
Perubahan dan
pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung risiko dapat meleset, terhambat
atau gagal. Namun mengambil risiko itu adalah perlu jika kemajuan ingin
diperoleh.
Generasi muda
dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung risiko, kesiapan pengetahuan,
perhitungan dan keterampilan dari generasi muda akan memberi kualitas yang baik
kepada keberanian mengambil risiko.
d. Optimis dan
Kegairahan Semangat
Kegagalan tidak
menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat
yang dimiliki generasi muda akan merupakan daya pendorong untuk mencoba maju
lagi.
e. Sikap
Kemandirian dan Disiplin Murni
Generasi muda
memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap
kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya,
agar dengan demikian mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki
tenggang rasa.
f. Terdidik
Walaupun dengan
memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti
kuantitatif maupun dalam arti kualitatif generasi muda secara relatif lebih
terpelajar karena lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi-generasi
pendahuluannya.
g.
Keanekaragaman Dalam Persatuan dan Kesatuan
Keanekaragaman
generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat. Keanekaragaman
tersebut dapat merupakan hambatan jika hal itu dihayati secara sempit dan
ekslusif.
h. Patriotisme
dan Nasionalisme
Pemupukan rasa
kebanggaan, kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan negara di kalangan
generasi muda perlu lebih digalakkan, pada gilirannya akan mempertebal semangat
pengabdian dan kesiapannya untuk membela dan mempertahankan bangsa dan negara
dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan semangat ini generasi muda perlu
dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan nasional.
i. Sikap
Kesatria
Kemurnian
idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung
jawab sosial yang tinggi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan
terus menjadi sikap kestaria di kalangan generasi muda Indonesia sebagai
pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
j. Kemampuan
Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda
dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan
tekonologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai transformator dan
dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan
pendidikan serta penerapan teknologi, baik yang maju, madya maupun yang
sederhana.
Tujuan Pokok
Sosialisasi
• Individu harus
diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di
masyarakat.
• Individu
harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
• Pengendalian fungsi-fungsi
organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
• Bertingkah
laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada
lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.
Faktor
lingkungan bagi pemuda dalam proses sosialisasi memegang peranan penting,
karena dalam proses sosialisasi pemuda terus berlanjut dengan segala daya
imitasi dan identitasnya. Pengalaman demi pengalaman akan diperoleh pemuda dari
lingkungan sekelilingnya. Lebih-lebih pada masa peralihan dari masa muda
menjelang dewasa, di mana sering terjadi konflik nilai, wadah pembinaan harus
bersifat fleksibel, mampu dan mengerti dalam membina pemuda harus mematikan
jiwa mudanya yang penuh dengan fasilitas hidup.
Mengembangkan
Potensi Generasi Muda
Pada
negara-negara yang sedang berkembang ternyata masih banyak mendapat kesulitan
untuk penyelenggaraan pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan.
Sehubungan dengan itu, negara-negara sedang berkembang merasakan selalu
kekurangan tenaga terampil dalam mengisi lowongan-lowongan pekerjaan tertentu
yang meminta tenaga kerja dengan keterampilan khusus. Kekurangan tenaga
terampil itu terasa manakala negara-negara sedang berkembang merencanakan dan
berambisi untuk mengembangkan dan memanfaatkan sumber-sumber alam yang mereka
miliki. Misalnya dalam eksplorasi dan eksploitasi sektor pertambangan, baik
yang berlokasi di darat maupun yang ada di lepas pantai.
Hal yang sama
juga dirasakan manakala negara-negara sedang berkembang berniat untuk
melaksanakan program-program industrialisasi yang menuntut tenaga-tenaga
terampil berkualitas tinggi.
Di
negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, pada umumnya para generasi muda
mendapat kesempatan luas dalam mengembangkan kemampuan dan potensi idenya. Para
mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda, didorong, dirangsang dengan
berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu
ide/gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan
berorientasi pada teknologi mereka sendiri.
Gagasan dan
pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara Asia,
misalnya : Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan. Jerih payah dan
ketentuan para inovator pada sektor teknologi industri itu membawa
negara-negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang
berkembang mantap dalam perekonomiannya.
Sebagaimana
upaya bangsa Indonesia untuk mengembangkan potensi tenaga generasi muda agar
menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas
tinggi.
Pembinaan
sedini mungkin difokuskan kepada angkatan muda pada tingkat SLTP/SLTA, dengan
cara penyelenggaraan lomba karya ilmiah tingkat nasional oleh :Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Minat generasi muda untuk mengikuti lomba karya
ilmiah dari berbagai cabang disiplin ilmu itu ternyata lebih banyak dari
perkiraan jumlahnya. Yang sangat menggembirakan, dalam usia yang belia itu
mereka telah mampu menghasilkan karya-karya ilmiah yang cukup membuat kagum
para cendikiawan tua.
Pembinaan dan
pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih banyak
diarahkan dalam program-program studi dalam berbagai ragam pendidikan formal.
Mereka dibina digembleng di laboratorium-laboratorium dan pada
kesempatan-kesempatan praktik lapangan.
Kaum muda
memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi
kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
Pengertian
pendidikan & perguruan tinggi
PENGERTIAN
PENDIDIKAN & PENGERTIAN PERGURUAN TUNGGI
1. Batasan
tentang Pendidikan Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli
beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan
tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang
menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
a. Pendidikan
sebagai Proses transformasi Budaya Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi
yang lain
b.
Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi Sebagai proses pembentukan
pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan
sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.
c.
Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara Pendidikan sebagai penyiapan
warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali
peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
d. Pendidikan
sebagai Penyiapan Tenaga Kerja Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja
diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal
dasar utuk bekerja.
e.
Definisi Pendidikan Menurut GBHN GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan
batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasiaonal yang
berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta
Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat
memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
Perguruan
Tinggi adalah Perguruan Tinggi yang didambakan, diimpikan, diharapkan,
difavoritkan, dan dicintai oleh masyarakat pada umumnya dan masyarakat kampus
pada khususnya. Agar bisa menjadi
Perguruan
Tinggi Idaman, maka ada 5 faktor yang menurut saya harus dipenuhi oleh
Perguruan Tinggi, yaitu :
·
Mutu / Kualitas
·
Biaya murah / terjangkau
·
Keamanan / Kenyamanan
·
Mengikuti Perkembangan Zaman Bermanfaat Bagi Mayarakat
ALASAN UNTUK
BERKESEMPATAN MENGEYAM PENDIDIKAN TINGGI
Pembicaraan
tentang generasi muda/pemuda, khususnya yang berkesempatan mengenyam pendidikan
tinggi menjadi penting , karena berbagai alasan.
Pertama,
sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki
pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk
terlibat di dalam pemikiran,pembicaraan serta penelitian tentang berbagai
masalah yang ada dalam masyarakat. Kesempatan ini tidak tidak dimiliki oleh
generasi muda pemuda pada umumnya. Oleh karena itu, sungguh pun berubah-ubah,
namun mahasiswa termasuk yang terkemuka di dalam memberikan perhatian terhadap
masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat secara nasional.
Kedua, sebagai
kelompok masyarakat yang paling lama di bangku sekolah, maka mahasiswa mendapatkan
proses sosiaslisasi terpanjang secara berencana dibandingkan dengan generasi
muda/pemuda lainnya. Melalui berbagai mata pelajaran seperti PMP, Sejarah, dan
Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan dan kemasyarakatan dapat
diketahui.
Ketiga, mahasiswa
yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam bentuk
terjadinya akulturasi sosial dan budaya. Hal ini akan memperkaya khasanah
kebudayaannya , sehingga mampu melihat Indonesia secara keseluruhan.
Keempat,
mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan
kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan
sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai
latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan lebih baik dari keseluruhan
generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada umumnya mempunyai
pandangan yang lebih luas dan jauh ke depan serta keterampilan berorganisasi
yang lebih baik dibandingkan generasi muda lainnya.
Ya kurang lebihnya begitu lah akhir dan hasil dari tugasnya hehe. Banyak siih tapi ya mudah-mudahan berguna deh buat readers yang baca