53. RF amplifier provide initial RF Amplifier and Mixer in a receiver but also add Related Tune Circuits.
54. A low-noise transistor preferred at microwave frequencies is the FET made of Metal Semiconductor.
55. Most of the gain and selectivity in a superhet is obtained in the IF amplifier.
56. The selectivity in an IF amplifier is usually produced by using Ferrite-core transformers between stages.
57. The bandwidth of a double-tuned transformer depends upon the degree of coupling between primary and secondary windings.
58. In a double-tuned circuit, minimum bandwidth is obtained with under coupling, maximum bandwidth with critical coupling and peak output with over or optimum coupling.
59. An IF amplifier that clips the positive and negative peaks of a signal is called a(n) limiter.
60. Clipping occurs in an amplifier because the transistor is driven by a high-level signal into Single transistor stage.
61. The gain of a bipolar class A amplifier can be varied by changing the positive peaks and negative peaks.
62. The overall RF-IF gain of a receiver is approximately 89 dB.
63. Using the amplitude of the incoming signal to control the gain of the receiver is known as AGC Voltage gen.
64. AGC circuits vary the gain of the IF amplifier.
65. The DC AGC Voltage is derived from a(n) AGC circuit connected to the demodulator or IF output.
66. Reverse AGC is where a signal amplitude increase causes a(n) AGC Voltage in the IF amplifier collector current.
67. Forward AGC uses a signal amplitude increase to positive voltage the collector current,which decreases the IF amplifier gain.
68. The AGC of a differential amplifier is produced by controlling the current produced by the Constant Current Source transistor.
69. In dual-gate MOSFET IF amplifier, the dc AGC Voltage is applied to the R1 to gate 2.
70. Another name for AGC in an AM receiver is Dual Gate MOSFET.
71. In an AM receiver, the AGC voltage is derived from the IF Signal.
72. Large input signals cause the gain of a receiver to be reduced by the AGC.
73. An AFC circuit corrects for frequency drift in the feedback control circuit.
74. The AFC DC control voltage is derived from the output of the demodulator circuit in a receiver.
75. A(n) Demodulator is used in an AFC circuit to vary the LO frequency.
76. A circuit that blocks the audio until a signal is received is called a(n) squelch circuit.
77. Two types of signals used to operate the squelch circuit are audiotone and audiosignal.
78. In a CTCS system, a low-frequency frequency tone is used to trigger the squelch circuit.
79. A BFO is required to receive CWCode and SSB Signals.
Rabu, 05 April 2017
TUGAS SELFTEST ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI HALAMAN 107-108
12. Linear power amplifiers are used to raise the power level of Low Level AM and SSB Signals.
13. A Mosfet power amplifier is used to increase the power level of an FM signal.
14. Linear power amplifier operate class A,B, and AB
15. A class A transistor power amplifier has an efficiency of 50 percent. The output power is 27W. The power dissipated in the transistor is 13.5 W
16. Class A amplifier conduct for 360 degrees of a sine wave input.
17. True or false. With no input, a class B amplifier does not conduct. FALSE
18. Class B RF power amplifiers normally used a(n) Broadband configuration.
19. A class C amplifier conducts for approximatly 90 degrees to 150 degrees of the input signal.
20. In a class C amplifier, collector current flows in the form of positive pulses.
21. In a class C amplifier, a complete sinusoidal output signal is produced by a(n) Timed Circuit.
22. The efficiency of a class C amplifier is in the range of 60 to 85 percent.
23. The tuned circuit in the collector of a class C amplifier acts as a filter to eliminate Induced Voltage.
24. A class C amplifier whose output tuned circuit resonates at some integer multiple of the input frequency is called a(n) Flywheel effect.
25. Frequency multipliers with factors of 2, 3, 4, and 5 are cascaded. The input is 1.5MHz. The output is 120 MHz.
26. A class C amplifier has DC supply voltage of 28 V and an average collector current of 1.8A. The power input is 50.4 W
13. A Mosfet power amplifier is used to increase the power level of an FM signal.
14. Linear power amplifier operate class A,B, and AB
15. A class A transistor power amplifier has an efficiency of 50 percent. The output power is 27W. The power dissipated in the transistor is 13.5 W
16. Class A amplifier conduct for 360 degrees of a sine wave input.
17. True or false. With no input, a class B amplifier does not conduct. FALSE
18. Class B RF power amplifiers normally used a(n) Broadband configuration.
19. A class C amplifier conducts for approximatly 90 degrees to 150 degrees of the input signal.
20. In a class C amplifier, collector current flows in the form of positive pulses.
21. In a class C amplifier, a complete sinusoidal output signal is produced by a(n) Timed Circuit.
22. The efficiency of a class C amplifier is in the range of 60 to 85 percent.
23. The tuned circuit in the collector of a class C amplifier acts as a filter to eliminate Induced Voltage.
24. A class C amplifier whose output tuned circuit resonates at some integer multiple of the input frequency is called a(n) Flywheel effect.
25. Frequency multipliers with factors of 2, 3, 4, and 5 are cascaded. The input is 1.5MHz. The output is 120 MHz.
26. A class C amplifier has DC supply voltage of 28 V and an average collector current of 1.8A. The power input is 50.4 W
Selasa, 04 April 2017
RANGKUMAN TUGAS ELEKTRONIKA - TELEKOMUNIKASI (AMPLIFIER)
5.4 AMPLIFIER COMMON-EMITTER (CE)
Konfigurasi penguat tegangan yang paling banyak digunakan
untuk menguatkan sinyal kecil dan frekuensi rendah adalah penguat emitor
ditanahkan atau emitor bersama (CE). Pada penguat emitor bersama sinyal masukan
dikenakan pada basis-emitor dan sinyal keluaran dikenakan pada kolektor-emitor.
Amplifier common-emitter dapat kita sebut juga dengan
sebutan penguat emitor bersama. Dalam melakukan pengecekan pada
rangkaian penguat emitor bersama, dapat disimpulan bahwa untuk meng-crosscheck sudah
berfungsi apa belum yaitu dengan mengecek pada bagian transistornya. Dapat kita
lihat pada Gambar 5.4.1(a) merupakan rangkaian Amplifier CE beserta input dan
outputnya. Pada gambar tersebut dapat kita ketahui bahwa C₃
dan C₄
merupakan kapasitor pemblokir DC.
Pada lain
gambar yaitu pada Gambar 5.4.1(b) dapat kita lihat pula gambar rangkaian
ekivalen atau rangkaian pengganti pada Amplifier CE. Pada Gambar 5.4.1(b) dapat
kita lihat bahwa keadaan resistansi output transistor dan resistansi bebannya
berada dalam keadaan paralel. Jika indukor pada output mempunyai resistansi
seri r₂
dan induktansi L₂,maka rangkaian dapat disederhanakan lagi seperti pada
yang ditunjukkan pada gambar 5.4.1.(c). Pada komponen outputnya dapat
dikelompokkan dalam satu bentuk admintansi (Y) sebagai :
Pada gambar 5.4.1(c) dapat kita analisa bahwa pada
admintansi Y₁
mewakilkan lambing admintansi ₨,rb’e,dan Cb’e yang terletak paralel dengan
rangkaian input. Sedangkan Y₂ berposisi sebagai admintansi output sebagaimana
telah dijelaskan pada rumus diatas. Umpan balik / feedback admintansinya adalah
Yɟ = jωCcb’. Persamaan arus untuk simpul outputnya adalah
Dapat pula kita tentukan Gain Voltagenya (Av) dengan rumus :
5.6 AMPLIFIER COMMON-BASE (CB)
Pada gambar 5.6.1 dapat kita lihat rangkaian ekivalen untuk
transistor common-base (CB) beserta versi yang disederhanakannya. Dalam gambar
dapat kita lihat juga Ccb’ tampak paralel dengan kapasitansi output Cc dan
karena itu tidak menyumbang kepada kapasitansi input. Disimpulkan pula bahwa
resistansi input untuk rangkaian Common Base (CB) lebih kecil daripada untuk
rangkaian Common Emitter (CE). Input daripada common base
sendiri terletak pada emitter and base, sedangkan
outputnya berada
diantara collector and base. Berdasarkan gambar rangkaian,dapat kita
ketahui pula Gain Arus hubung pendek
(Aisc) pada amplifier Common Base (CB) dapat dirumuskan :
Pada gambar 5.6.2 dapat kita lihat sebuah rangkaian Common
Base (CB) dengan beban kolektor tertala,rangkaian ekivalennya,dan rangkaian
yang sudah disederhanakan. Berdasarkan gambar 5.6.2,dapat kita tarik kesimpulan
untuk rumus Penguat Tegangan (Av) pada suatu rangkaian amplifier Common Base
(CB) yang mengacu pada terminal E-B :
5.7 PENGUATAN DAYA YANG TERSEDIA (Gav)
Seperti yang kita ketahui bahwa pada penguatan daya tinggi
diperlukan amplifier cascade (formula
friis) untuk mempertahankan faktor noise. Pada penguatan daya yang tersedia
sendiri untuk kedua rangkaian (Common Base dan Common Emitter),dapat kita
simpulkan dengan rumus sebagai berikut :
Penguatan
daya pada Common Emitter dan Common Base tentunya berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Perhitungan rumus perbandingan ratio penguatan daya antara Common
Emitter dengan Common Base dijelaskan pada rumus dibawah ini
Dari
keterangan diatas kita dapat mengetahui bahwa penguatan daya tersedia pada
Common Emitter (CE) lebih besar dibandingkan dengan Common Base (CB). Oleh
sebab itulah maka amplifier CE lebih dipilih dalam bidang tahap masukan pesawat
penerima low-noise.
5.8 AMPLIFIER
CASCODE
Amplifier cascode adalah suatu kombinasi
amplifier Common Emitter dan Common Base yang mempunyai penguatan daya yang tinggi dan stabil. Kata
dari Amplifier Cascode ini merupakan
pusaka dari teknologi tabung vakum yang mana rangkaian hasilnya menggunakan
tahapan cascode common cathode dan common grid. Pada gambar 5.8.1 dibawah ini
dapat kita lihat bahwa komponen biasnya
dibuang untuk fungsi
penyederhanaan
Pada
gambar diatas dapat kita lihat Amplifier Cascode mempunyai 2 transistor
pada rangkaiannya. Kedua transistor itu membawa arus kolektor (Ic) yang sama
karena itu akan mempunnyai transkonduktans yang sama. Pada Amplifier
Cascode,input resistans tahap Common Base (CB)
adalah rbe. Maka keseluruhan Amplifier Cascode ini memiiki ciri kinerja
yang sama seperti amplifier Common Emitter (CE) tetapi dengan kestabilan dengan
ketidak adaannya perubahan fasa 180o.
5.9 RANGKAIAN EKIVALEN
HIBRIDA-π UNTUK FET
FET merupakan singkatan dari Field
Effect Transistor. Dalam banyak
hal,field effect transistor memiliki kelebihan yang lebih sederhana
dibandingkan dengan bipolar junction transistor (BJT) dikarenakan sangat
tingginya impedansi input yang diberikan oleh gerbang kontrol. Pada
FET,eksternal terminal diberi label G (Gate/Gerbang), S (Source/Sumber), dan D
(Drain/Pembuangan)
Dari gambar 5.9.2(a) diatas menunjukkan
amplifier CS sederhana. Dimana pengertian kata sederhana ini ialah
kesederhanaan yang komponen bias dibuang.
5.10 RANGKAIAN PENCAMPUR(MIXER)
Mixer digunakan untuk mengubah sinyal dari
1 frekuensi ke frekuensi lain. Ada beberapa alasan mengapa perubahan frekuensi
diperlukan. Selain itu pada kenyataannya beberapa proses mixing digunakan dalam
penerapan khusus yang tampil dengan nama yang berbeda. Beberapa nama tersebut
ialah modulasi, demodulasi, dan multiplikasi frekuensi. Istilah mixer sendiri
pada umumnya dicadang kepada rangkaian yang mengubah sinyal frekuensi radio
pada kesuatu nilai intermediate frekuensi(IF).
Contoh beberapa mixer adalah yang tersedia
dalam bentuk unit packet, dengan masukan berlabel RF(Radio Frekuensi) dan
output berlabel IF(Intermediate Frekuensi) dalam aplikasi penerima tentu
rangkaian Oscilator merupakan suatu bagian yang menyatu dari rangkaian Mixer.
Dibawah ini akan dijelsaskan rumus Oscilator beserta nilai RF-nya
Pada rumus diatas suku yang mengandung
frekuensi adalah yang biasa
dipilih dengan filter, sebagai sinyal IF(Intermediate Frekuensi).
6.2 LINEAR AMPLIFIER, AMPLIFIER KELAS C,
DAN FREKUENSI MULTIPLE
Pada dasarnya ada 2 tipe power
amplifier yang dipakai pada transmitter,yaitu linear dan kelas C. Pada
amplifier linear menghasilkan sinyal output yang sama yaitu replica dari input
tetapi hanya diperbesar. Oleh karena itu pada linear amplifier memproduksi ulang
input tetapi dengan power level yang lebih tinggi. Semua audio amplifier yang
kita ketahui adalah linear. Linear amplifier sendiri terbagi menjadi 3 kelas
yaitu kelas A,AB dan B. Tiap kelas mengindikasikan tentang bagaimana cara
pembiasannya.
Pada kelas A,amplifier dibiaskan
sehingga terhubung secara kelanjutan dan bekerja pada daerah aktif. Seperti
pada yang telah dijelaskan diatas bahwa output pada linear amplifier adalah
hasil dari rekonstruksi dari inputnya sendiri.
Pada amplifier kelas A,mengalirkan input gelombang sinus sebesar 3600
Berbeda dengan kelas A,
amplifier kelas B dibiaskan pada daerah cut-off sehingga tidak ada tegangan
collector (C) yang mengalir dengan tanpa adanya input. Berbeda pula pada
pengaliran inputnya,pada amplifier kelas B sendiri mengalirkan input 1800
dengan bentuk sinyal input berupa gelombang sinus. Yang mana pada pengertian
ini hanya setengah gelombang sinus yang hanya diamplifikasikan.
Berbeda pula dengan kelas A
ataupun dengan kelas B,Kelas AB dibiaskan didepan daerah cut-off dengan sedikit
tegangan Collector (C). Kelas AB sendiri akan mengalirkan lebih dari 1800
tetapi kurang dari 3600 dari sebuah inputnya.
Diketahui bahwa amplifier kelas
B dan C lebih efisien. Mengapa begitu ? karena tegangan yang mengalir hanya untuk
bagian daripada sinyal input. Jika kedua amplifier tersebut
dibandingkan,Amplifier kelas C-lah yang yang menjadi amplifier yang paling
efisien.
Pada gambar 6.6 dibawah ini
dapat kita lihat contoh dari amplifier kelas A. Ketika kita menganalisis gambar
tersebut,kita akan mengetahui bahwa sinyal pembawa osilator kapasitif yang
digabungkan ke input. Pembiasan yang terjadi yaitu dari R1,R2, dan R3. Komponen
kolektor yang ada pada gambar juga diubah menjadi rangkaian LC (Rangkaian
resonansi) yang dipasangkan bersama dengan indukif. Pada rangkaian dibawah ini
biasanya beroperasi pada daya yang kurang dari 1W. Perlu anda ingat bahwa untuk
amplifier kelas A hanya dapat mencapai efisiensi maksimum sebesar 50%. Yang
mana 50% dari power DC diubah menjadi Radio Frekuensi (RF).
Sekarang
mari kita bahas rangkaian operasi kelas B. Pada operasi rangkaian kelas B Q1
dan Q2 diharuskan untuk dibiaskan pada bagian cut-off. Ketika setengah dari
bagian cycle positif RF telah terjadi,bagian dari Q1 akan berubah menjadi
positif sedangkan untuk Q2 akan negatif. Q2 akan menjadi cut-off sedangkan Q1
akan mengalir dan mengamplifikasikan setengah dari cycle positif. Tegangan
collector mengalir pada setengah bagian T2 yang mana mengecilkan
output tegangan sekundernya.
Pada
gambar 6.8 merupakan gambar sirkuit broadband. Sirkuit ini akan
mengamplifikasikan sinyal lebih dari jarak frekuensi broadnya. Jenis dari jarak
yang memungkinkan adlaah 2 sampai 30 MHz. Power AM yang rendah atau Sinyal SSB dapat
dibuat pada frekuensi yang diinginkan, kemudian diaplikasikan ke power
amplifiernya untuk dikirim ke antenna.
Berbeda dengan gambar 6.8,
dibawah ini merupakan rangkaian dari power amplifier push-pull RF yang berbeda.
Pada rangkaian dibawah ini,menggunakan 2 power MOSFET dan dapat menghasilakn
output lebih dari 1kW pada jarak frekuensi lebih dari 90MHz dengan penguatan
sebesar 12 dB. Trafo yang digunakan pada input dan output adalah trafo Toroidal
yang berfungsi untuk impedansi matching. Kunci dasar dari circuit transmitter
AM dan FM adalah pada kelas C amplifier. Amplifier C pada AM dan FM ini sendiri
digunakan pada power amplifier dalam bentuk driver, pengganda frekuensi serta
amplifier akhir.
Gambar 6.10
diatas menunjukkan penggunaan internal emmiter-base (EB) untuk pembiasan kelas
C. Dari gambar 6.10(a) pembiasan 1 arah oleh amplifier kelas C. Kaki transistor
base terhubung ke ground melewati resistor. Transistor akan bekerja pada
setengah positif cycle dari gelombang input dan akan cut-off pada setengah
cycle negatif. Sedangkan pada gambar 6.10(b) dijelaskan grafik hasil untuk tegangan kolektor yang melewati transistor
pada bagian positif untuk kurang dari 1800.
Metode
pembiasan lain pada amplifier kelas C dapat kita lihat pada gambar 6.11. Dapat
kita lihat pada gambar 6.11(c) disebut sebagai metode self-bias yang diturunkan
langsung dari 6.11(a). Ketika tegangan mengalir pada transistor,tegangan ini
dikembangkan oleh R1. Kapasitor C1 diisi dan memegang tegangan konstan. Hal ini
akan dapat membuat emitter lebih positif dibandingan base.
7.4 TIPE SIRKUIT PENERIMA
Pada bab sebelumna kita sudah membahas mixer dan
demodulator,jadi kita tidak akan membahas hal tersebut pada bab ini. Melainkan
pada bab ini kita akan fokus membahas pada RF dan IF amplifier,AGC dan AFC
sirkuit, dan sirkuit spesial lainnya yang dapat ditemukan pada receiver /
penerima.
Dalam kebanyakan suatu komunikasi penerima,RF
amplifier tidaklah lagi digunakan. Hal ini dapat dibuktikan pada receiver yang
didesign untuk frekuensi dibawah 30MHz. Dalam hal ini penguat tegangan kurang
berpengaruh dan jika berpengaruh akan menambahkan noise.
Receiver yang digunakan pada kebanyakan frekuensi
berada pada kisaran 100Mhz yang berdasarkan tipe RF amplifier. Tujuan utama
dari amplifier ini adalah memperkuat sinyal amplitudo yang lemah untuk mixing.
Pada kebanyakan receiver,1 tahap RF biasanya menghasilkan penguat tengangan
yang berkisar antara 10-30dB. Hal ini juga dapat di perkuat kembali dengan 1
transistor. Bipolar transistor digunakan pada frekuensi rendah, ketika FET
sendiri lebih mengarah pada frekuensi VHF,UHF dan microwave. Pada dasarnya, FET
mempunyai noise yang lebih rendah dibandingkan bipolar transistor serta
memberikan performa yang lebih baik.
RF amplifier sendiri biasannya berbentuk sirkuit kelas A.
Dapat kita lihat pada gambar diatas bahwa pada 7.11(a) menunjukkan contoh
rangkaian dari sirkuit bipolar,sedangkan pada gambar 7.11(b) merupakan gambar
rangkaian dari FET sirkuit. Perlu anda catat bahwa pada sirkuit bipolar tidak
mempunyai input tuner. Antenna terhubung langsung kepada base transistor. Hal
lain yang perlu anda perhatikan ialah collector ditala (tuned) dengan rangkaian
resonansi paralel yang kita tau terdiri atas komponen kapasitor dan induktor
untuk input mixer. Sirkuit FET sangatlah efektif dikarenakan input impedansi
yang tinggi meminimalisir loading pada sirkut yang ditala (tuned).
Seperti amplifier RF, IF amplifier kapak disetel kelas A
amplifier mampu memberikan keuntungan dalam 10 sampai 30 jangkauan. Biasanya
dua atau lebih IF amplifier digunakan untuk memberikan keuntungan penerima
secara keseluruhan memadai.
Dalam merancang sebuah penguat IF, perawatan harus diambil
sehingga selektivitas tidak terlalu tajam. Jika JIKA bandwidth terlalu sempit,
akan menyebabkan pemotongan sideband. ini berarti bahwa frekuensi modulasi yang
lebih tinggi akan sangat berkurang dalam amplitudo, sehingga mendistorsi sinyal
yang diterima.
Hal ini kadang-kadang diperlukan ketika menerima sinyal band
yang sangat luas untuk memperlebar bandwidth dari amplifier IF. Ada beberapa
cara untuk melakukan hal ini. Pertama, nilai tinggi resistensi dapat terhubung
di sirkuit paralel disetel sehingga menurunkan Q mereka ke nilai yang akan
menghasilkan band-tepat Teknik lain adalah dengan menggunakan overcoupled
sirkuit disetel. Kopling antara IF amplifier stagbs di beberapa penerima
dilakukan dengan dua transformator inti ferit disetel seperti ditunjukkan pada
Gambar. 7-13.
Dalam banyak penerima komunikasi di mana selektivitas unggul
diperlukan, sangat peka filter kristal yang digunakan untuk mendapatkan
selektivitas yang diinginkan. filter kristal ini biasanya dari berbagai kisi
dibahas sebelumnya dalam bab tentang SSB. Ccramic dan filter mekanik juga
digunakan. filter tersebut biasanya dikemas sebagai sebuah unit dan terhubung
langsung pada output dari mixer tetapi sebelum pertama IF tahap.
limiter bukanlah sirkuit khusus. Biasanya tidak lebih dari
kelas konvensional A JIKA amplifier.
Dengan mengemudi saturasi transistorbetween dan cutoff,
puncak positif dan negatif dari sinyal input secara efektif pipih atau
terpotong. Setiap variasi amplitudo yang essentidlly- dihapus. Sinyal output
pada kolektor, oleh karena itu, adalah gelombang persegi.
pemilihan gain keseluruhan penerima komunikasi biasanya
didasarkan pada
sinyal terlemah tg diterima. Dalam kebanyakan penerima
komunikasi modern keuntungan individu adalah sebagai berikut: gain tegangan
antara antena dan demodulator biasanya lebih dari 100 dB; penguat RF biasanya
memiliki keuntungan dalam kisaran 5 sampai 15-dB; keuntungan mixer adalah dalam
6 sampai 10 rentang dB; amplifier IF memiliki keuntungan tahap individu 20
sampai 30 dB; detektor dapat memperkenalkan kerugian khas -2 ke -5 dB jika dari
jenis dioda; dan gain dari tahap penguat audio dalam 20 sampai 40-dB rentang.
Sebagai contoh, asumsikan keuntungan rangkaian berikut:
Penggunaan AGC menyebabkan penerima memiliki berbagai dyndmic
sangat luas. rentang dinamis mengacu pada ukuran kemampuan penerima untuk
menerima kedua sinyal yang sangat kuat dan sangat lemah tanpa inhoducing
distorsi dan rasio sinyal terbesar yang dapat ditangani dengan terendah,
dinyatakan dalam desibel
Rangkaian AGC mengambil signaleither diterima di outptt dari
sebuah penguat IF atau output dari demodulator dan meluruskan menjadi arus searah.
Gambar 7-17
menunjukkan dua cara khas menerapkan AGC ke amplifier IF. Pada Gambar. 7-17
(a), emitor umum IF amplifier bias berasal dari pembagi tegangan terdiri dari
R1 dan R2 dan emitor resistor R3. Resistor Ra diterapkan ke basis menerima
tegangan dc negatif dari rangkaian AGC.
Rangkaian
pada Gambar. 7-l7 (b) adalah serupa, tetapi bias untuk panggung berasal dari
emitor resistor R, dan sirkuit AGC itu sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)